Oleh Diki Rafiqi
ketua LAM&PK Fakultas Hukum Unand
Apa hubungan bahasa sebagai identitas jiwa suatu bangsa ? adakah bahasa mengandung ruh karakteristik adab manusia-manusia penganut-nya ?
Realitas kekinian mungkin menegasikannya, tapi secara intimitas filsafat bait diatas laksana jiwa dalam raga. Bahasa adalah ruh bagi sebuah bangsa.
Kesadaran bahasa sebagai ruh bangsa, jauh hari telah disadari anak manusia indonesia. Lihat, betapa mengagumkan rekam historis upaya cultural segelintir anak-anak bangsa memproklamirkan identitas kebangsaannya lewat sumpah pemuda hampir satu abad lamanya (87 tahun silam). Dalam ikrar tersebut, Bahasa Indonesia diajdikan sebagai perekat persatuan manusia-manusia indoesia yang terpisah bentangan jarak, pulau, budaya dan istiadat. Menyatukan keragaman aksara, mengeratkan 742 lingua lokal. Itulah Indonesia.
Bahasa Persatuan, Bukan Bahasa Pemisah
Namun, dalam kondisi kekinian ada realitas yang mesti kita sadari. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, lambat laun malah melumpuhkan kesadaran generasi atas bahasa lokal (daerah) mereka sendiri. Terlebih, Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bukan lagi ditempatkan pada marwah sejatinya, melainkan hanya sebagai kesadaran bisu. Bahasa Indonesia kita, yang sejatinya adalah praktik kebudayaan nasional, disimpangi hanya sebatas alur bicara, berkata-kata, bukan berperadaban.
Bahasa menurut gorys keraf, bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh ucapan manusia. Sedangkan bahasa menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) edisi III (2005:88) adalah bahasa merupakan lambang bunyi dan arbiter, yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan meindetifikasi diri. Berangkat dari tafsir sederhana itu saja, bahasa sudah sedemikian jelasnya adalah alat manusia untuk berperadaban. Cara bagi suatu suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindetifikasi diri.
Sebagai bahasa pemersatu, Bahasa Indonesia adalah identitas nasional, dan bahsa daerah adalah identitas lokal yang memotret keindonesiaan kita. Jadi bahasa daerah adalah penopang hayat keindonesiaan kita yang tercermin dalam bahasa pemersatu itu; bahasa indonesia.
Pada sisi lain, bahasa daerah yang telah hampir tergerus makna culturalnya, juga dihadapkan pada sebuah perograsi kekuatan globalisasi. Inilah bahaya yang paling nyata yang dapat merenggut identitas kebudayaan lokal berbahasa daerah kita. Dalam bentuk lebih kecil, memang hal senada juga dapat terjadi akibat bencana, perkawinan antar suku, dan urbanisasi. Namun globalisasi tetap menjadi induk semang kebudayan homogen barat yang dapat memunahkan keistimiewaan identitas budaya lokal kita.
Apalagi dalam era sekarang kita tengah mengahadapi tantangan maha-serius lewat penciptaan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Tuntutan kompetisi yang diakibatkan MEA mengharuskan manusia-manusia Indonesia mengenal bentuk lingua lain dalam berbahasa.
Adanya MEA berpotensi besar turut memudarkan bahasa-bahasa daerah, karena warga negara indonesia akan berlomba-lomba untuk mempelajari bahasa inggris atau bahasa asing sebagai bentuk pengakuan atas layanan kerjasama ekonomi antar bangsa di Asia Tenggara, yang dipuji menguntungkan itu.
Inilah luka kebudayaan yang mesti kita pahat karena kesengsaraan ekonomi kita menuntut demikian. Nujum, dalam pergaulan ekonomi multilateral, bahasa asing akan dijadikan standard untuk layanan perusahaan besar dalam merekrut pekerja. Tidak masalah jika hanya sekedar berbahasa, tapi realitasnya, manusia indoensia seringkali memeluk taqlid kebudayaan asing (yang bukan sekedar mempelajari bahasa asing). Laku hidupnya, adab berbuatnya, ditiru sedemikian rupa.
Pendidikan harus memperioritaskan karakter lokal
karakter kelokalan suatu bangsa adalah suatu ciri atau identitas suatu bangsa yang tak bisa dilepaskan begitu saja dalam kegidupan sehari-hari. Secara langsung arah dan pijakan dasar bangsa Indonesia dalam menjalankankan roda-roda pemerintahan ialah melewati dari lorong-lorong karakter lokal yang di wariskan para pejuang dahulunya, yang dijadikan saat ini sebuah ideologi bangsa Indonesia yang satu-satunya di dunia memiliki ke kompleksan yang mencakup segalanya yaitunya “Pancasila”
Meminimalisir keadaan yang berpotensi menggerus karakter kelokalan, adalah tugas nyata bersama kita dengan pemerintah Indonesia. Salah satu jalan keluar yang bisa ditempuh, dapat dilakukan dengan media pendidikan.
Kenapa pendidikan?
Pada saat ini, pendidikan di abad 21 tengah memproduksi masyarakat yang mempunyai kebudayaan ilmu pengetahuan dan informasi yang tinggi, dengan tantangan pandangan dunia terhadap itu ialah belajar dari rasionalisme dalam mesin, ternyata tidak mencukupi untuk menciptakan satu dunia yang aman dan bahagia bagi manusia, tak jarang di antara rasio manusia terjadi perperangan, perbudakan, dan penjajahan karena rasio manusia yang egoistik untuk menimbun profit.
Dengan tantangan yang di akibatkan oleh proses pendidikan pada abad 21 ini, perlunya sikap yang nyata Pemerintah menerapkan nilai budaya adat istiadat daerah dalam kedalam kerangka sistem pendidikan nasional, terutama mengembalikan kembali nilai-nilai pancasila supaya mengurangi dampak buruk yang akan terjadi akibat pendidikan di abad 21 ini. Serta partisipasi aktiv keluarga untuk memberikan pelajaran kebudayaan kepada seorang anak. Niscaya sebuah ancaman tadi akan bisa terminamilisir dengan menerapkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika pendidikan di Indonesia diseriuskan dalam hal melestarikan bahasa dan budaya pancasila, maka apa yang akan menjadi ketakutan dari hari ke hari akan berkurang, serta dalam persaingan dalam MEA, memang Indonesia mempunyai nilai lebih dalam segi bahasa dan budaya yang dapat dikosumsi masyarakat ASEAN sebagai budaya percontohan yang beradab di tatanan negara ASEAN.
selain bahasa yang di standardkan oleh sistem pendidikan indonesia (bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris) seharusnya bahasa daerah juga diprioritaskan untuk dipakai dalam berkomunikasi dalam proses belajar mengajar. Supaya bahasa daerah bisa terus dilestarikan dan bisa dirasakan oleh anak cucu kita kedepannya. Begitulah peran penting dunia pendidikan dalam membuat suatu tatanan bangsa yang tidak melupakan idenditas diri sebenarnya. pelestarian bahasa dan budaya suatu keharusan yang dilakukan oleh bangsa indonesia dikarenakan dengan bekal sejarah bahasa dan budayalah bangsa yang besar ini dapat mencakarkan kukunya di atas muka bumi ini dan dapat disegani oleh negara lain dengan kekayaaan budaya dan bahasanya serta ideologinya yang sangat nyentrik dari ideologi negara lain.