• Home
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Hubungi Kami
Gema Justisia
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Liputan dan Peristiwa
  • Opini
  • Sosok dan Tokoh
  • Law Share
  • Seni & Sastra
  • Home
  • Liputan dan Peristiwa
  • Opini
  • Sosok dan Tokoh
  • Law Share
  • Seni & Sastra
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Gema Justisia
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Home Sastra dan Budaya

Beginilah Kalau Sudah Larut Malam

Minggu, 10 April 2016 - 05:20 WIB
Sastra dan Budaya
0
BagikanTweetKirimBagikanQR Code

Oleh: Mahda Zakiya Ahmad

Pimpinan Redaksi Gema Justisia

Kapan matamu mulai bisa terpejam? Apa ada sesuatu yang masih kau pikirkan, masih ada yang perlu untuk kau lupakan atau masihkah ada yang patut untuk kau tinggalkan? Kenapa kau tak bisa terlelap? Kau sudah menunggu dari pukul sebelas dan sekarang sudah pukul dua. Kadang dapatkah beberapa pil membantumu?

Kau ingat tentang hari-hari yang kau jalani bukan? Tentang masalalumu, mimpi-mimpimu, masa kecilmu? Kenapa semuanya hadir di malam selarut ini? Saat kau sedang tak beraktivitas, tak ada yang mampu menekan memorimu untuk kembali ke ribuan detik lalu. Masa-masa dimana kau sangat bahagia, masa-masa dimana kau selalu dekat dengan orang yang kau kasihi.

Rasanya di malam selarut itu jua, beberapa tahun silam, kau masih tetap memikirkan itu. Kau masih berputar kesana kemari dan gulingmu kau dekap erat-erat. Pertanyaannya, apa kau bisa melupakannya? Sudah berapa ratus malam yang kau habiskan untuk itu. Percayalah, larut malam bukanlah waktu yang pas untuk melupakan.

Lantas bagaimana? Setiap malam aku teringat dengan kisah-kisah dulu, canda-tawaku bersamanya, raut wajahnya, gerak bibirnya. Di larut malam tak ada yang bicara kepadaku, tak ada yang menggangguku sehingga otakku tak dapat berhenti melukisnya.

Aku sudah membuang semua yang pantas untuk ku buang. Aku sudah menghapus semua yang pantas ku hapus. Tapi kenapa di larut malam aku ciut dengan bantal dan tumpukan tisu. Aku sudah menekan ingatanku dalam-dalam. Sudah kuusahakan agar tidak menyebut dan mendengar namanya. Sudah ku upayakan agar tak bertemu dengannya, tapi di larut malam, disaat ku mulai menghitung domba, air mataku menetes satu persatu. Bertambah menitnya, bertambah deras pula tangisannya. Kadang kusumpal hidungku dengan tisu, dan kubungkam mulutku agar aku tidak ketahuan aku sedang menangis.

Pukul 02.00, aku masih berkutat dengan laptop di atas pahaku. Menonton film yang sekiranya bisa membantu ku bosan dan segera terlelap. Sebab itu aku punya banyak koleksi film. Di larut malam, aku tertidur. Aku tak mengerti dengan alurnya, tetapi mengapa di saat aku benar-benar merindukannya, dia tidak pernah hadir di mimpiku dan di saat aku lengah, aku memimpikannya.

Pernah terbangun dengan perasaan sangat bahagia? Saat kau bangun kau hanya duduk saja dan menatap sudut-sudut kamar membayangkan apa yang tengah kau mimpikan semalam. Hanya mimpi biasa, bergandeng tangan dengannya, tapi tak akan pernah kaurasakan di dunia nyata. Pernah terbangun dengan air mata? Kau terbangun, tetapi mimpi kau sebelumnya bersamanya dan kau kembali tidur, tetapi kau dapati sudah tidak dengan dirinya. Ketika kau terbangun dan kau sadar, di malam selarut itu kau tengah bersamanya, mungkin kau akan meminta mimpi itu diulang dan kau reka-reka apa yang akan kau lakukan bersamanya.

Selimutmu sudah kau tarik ulur, sudah kau kibaskan, sudah kau tutupi mukamu dengan itu, kadangkau tekan kepalamu kuat-kuat dengan tanganmu. Kau pakai penutup mata, kau lakukan berbagai cara. Akan tetapi dibalik kelopak matamu masih ada wajahnya, semyumnya, guratan-guratan dahinya. Kadang sudah kau coba beberapa pil, namun itu tidak bekerja.

Kau tahu mengapa di larut malam kau selalu begitu?. Kau terlalu keras melupakannya. Kau terlalu keras berusaha. Semakin kau melupakannya, semakin bayangnya menekannmu ke sisi terdalam. Karena itu jangan sesekali melupakannya. Apalagi, di malam selarut ini.

BagikanTweetKirimBagikanPindai

Baca Juga

Terbangmu Terlalu Tinggi

12 Jan 2021 - 19:33 WIB
Ilustrasi by Aufa Fikhriah

Pemikir Dan Pekerja Politik

6 Jan 2021 - 21:20 WIB

Kebat(l)inan

25 Agu 2019 - 16:11 WIB

Seharusnya

12 Jan 2019 - 21:03 WIB

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

@gemajustisia

Ikuti Kami di Instagram

    Go to the Customizer > JNews : Social, Like & View > Instagram Feed Setting, to connect your Instagram account.

Get it on Google Play

Terpopuler Sepekan

  • Pemuda Lawan Korupsi

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0

Gema Justisia

Copyright © 2019 Gema Justisia. All right reserved.
Design and maintenance by MogoDev.
  • Home
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Kode Etik
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Kebijakan Privasi
  • Hubungi Kami
  • Home
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Kode Etik
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Kebijakan Privasi
  • Hubungi Kami
Copyright © 2019 Gema Justisia. All right reserved.
Design and maintenance by MogoDev.
  • Home
  • Liputan dan Peristiwa
  • Opini
  • Sosok dan Tokoh
  • Law Share
  • Seni dan Sastra
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Kode Etik
  • Kebijakan Privasi
  • Hubungi Kami