Women’s crisis center Nurani Perempuan, Padang, menggelar pelatihan jurnalistik kepada perwakilan rekan-rekan media dan juga Non Governmental Organisation (NGO) di Sumatera Barat pada kamis (19/11) di Grand Rocky Hotel Bukittinggi. Pelatihan yang bertemakan penulisan pemberitaan pada kasus kekerasan seksual ini dibuka dengan jabaran mengenai persoalan pelik gender.
Direktur Nurani Perempuan dalam pengantarnya di awal pertemuan mengungkapkan bahwa media juga memiliki peranan yang sangat besar dalam sebuah kasus kekerasan seksual. Tentu saja menyangkut masalah pemberitaan yang bisa berdampak lebih luas lagi di masyarakat. Kebanyakan media menurutnya kurang memperhatikan bagaimana etika dalam penulisan berita kekerasan seksual dan yang lebih parah adalah cenderung menyalahkan perempuan sebagai korban.
Di sesi awal yang membahas mengenai gender dan HAM, melalui diskusi dan perdebatan, forum menyepakati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada laki-laki dapat dipastikan juga bisa dialami oleh perempuan, tentu saja kita mengenyampingkan persoalan fitrah yang telah dibawa semenjak manusia dilahirkan. Namun yang pada akhirnya sukses memahat jurang pembeda itu adalah peran, tanggungjawab, struktur sosial serta fungsinya di masyarakat, termasuk juga di dalamnya masalah waktu dan tempat. Apalagi jika kita bicara di negara ini, Indonesia dengan multikultural dan multietnis yang kental di tanah airnya memunculkan beragam nilai yang dipercaya masyarakat sebagai suatu standar atau patokan bagaimana seharusnya seorang laki-laki menempati posisinya, begitu juga dengan perempuan.
Permasalahan demi permasalahan gender yang bermunculan tak lepas dari karena adanya pihak-pihak yang dirugikan dari terjadinya suatu peristiwa. Dan faktanya, adalah perempuan yang memegang predikat penyandang kerugian terbesar dari sederetan permasalahan gender yang dapat kita temui dimana saja. Adapun diantara berbagai persoalan gender yang marak terjadi dapat dikategorikan ke dalam beberapa macam, yaitu peminggiran perempuan, penomerduaan perempuan, beban ganda pekerjaan, pelabelan atau stigma dan juga kekerasan terhadap perempuan.
Berangkat dari sederetan fakta mengenai persoalan gender di atas yang dipercaya lebih banyak merugikan pihak perempuan, walaupun tidak dapat dinafikan juga merugikan kaum adam, acara ini diselenggarakan dengan harapan menghasilkan output pemberitaan-pemberitaan dari media secara cerdas dan bermutu mengenai kekerasan seksual. Bukan lagi seperti media abal-abal yang meng-expose perempuan sebagai korban secara berlebihan yang malah menimbulkan prasangka negatif di masyarakat.
**Riz