Arifki
Analis Sosial Politik
Partai-partai pendukung Jokowi-JK, yang biasa disebut Koalisi Indonesia Hebat dewasa ini mulai kebakaran jenggot dengan ulah PAN. Partai yang dulu berada di barisan Koalisi Merah Putih sekarang sudah merapat ke istana, sehingga KIH berganti nama dengan Partai-Partai Pendukung Pemerintah (P4).
Kehadiran PAN menjadi bagian dari pemerintah secara kekuatan politik merupakan keberkahan Jokowi-JK. Kekuatan parlemen pemerintah semakin kuat atas keberadaan partai matahari. Di lain sisi, atas nilai positif tersebut PAN selalu dikaitkan dengan adanya dua orang menteri yang berasal dari PAN yang akan masuk jajaran kabinet kerja, setelah hembusan angin resuffle jilid dua bergulir di waktu dekat ini.
Inilah yang menyebabkan PAN menjadi gunjingan barisan KIH sebagai partai yang dulunya mendukung Prabowo pada pilpres 9 Juli 2014, diperkuat dengan mencalonkan dirinya Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden. Sebagai partai yang tak ikut berdarah-darah memperjuangkan Jokowi-JK menjadi presiden dan wakil presiden. Aksi PAN wajar-wajar saja dipertanyakan KIH.
Awal Perubahan Arah Politik
Kongres di Nusa Dua Bali, 28-3 Maret 2014 merupakan awal perubahan arah politik PAN. Partai yang didirikan 23 Agustus 1998. Secara kekuatan dan keberpihakan politiknya sejak didirikan memang selalu menjadi bahagian dari partai pendukung pemerintah. Sama halnya dengan Partai Golkar yang sejak Orde Baru sudah mengakar dijajaran pemerinatahan.
Pada kongres Bali, dua calon yang bertarung—Zulkifli Hasan dan Hatta Rajasa— dari dua calon ketum, Hatta Rajasa yang pernah menjabat sebagai ketua umum periode 2010-2015. Tradisi kepemimpinan PAN membolehkan menjabat ketua umum selama satu periode. Pergantian kepemimpinan seperti itulah yang diinginkan pendiri PAN (baca: Amin Rais). Sehingga Soertrisno Bahir (SB) menjabat sebagai ketua umum PAN periode 2005-2010. Saat SB ingin naik kembali pada 2010-2015, Amin Rais lebih mendukung Hatta Rajasa.
Hal yang sama juga terjadi pada bursa ketua umum periode 2015-2020, Amin mendukung Zulkifli Hasan sebagai ketua umum PAN, dan menolak Hatta Rajasa mencalonkan lagi, tetapi kenyataannya Hatta tetap bersikeras maju pada periode kedua, meskipun hasilnya kalah tipis dengan Zulkifli Hasan. Kehebatan Amin Rais pada posisi ini, ia tak menginginkan tokoh baru yang mengakar dan memiliki basis yang kuat di kultur PAN selain dirinya. Sehingga, ia mempersoalkan kepemimpinan dua periode ketua umum di partai ini. Kelumrahan persoalan ini juga terjadi di Partai Demokrat dan PDIP.
Sebagai Ketua Majlis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (MPP PAN) periode 2010-2015. perebutan pengaruh antara Amin Rais dengan Hatta Rajasa. Sebagai senior PAN, Amin Rais menunjukan pengaruhnya di bursa Ketua Umum PAN. Dilain hal, Hatta Rajasa memperlihatkan pengaruhnya, sebagai orang yang selama ini tetap menjadi bagian dari bayang-bayang Amin Rais. Momentum ini menjadi langkah Hatta untuk mengakar di PAN dan mengeliminasi pengaruh Amin Rais. Langkah politik yang diambil Amin Rais dengan mengarahkan dukungan terhadap Zulkifli Hasan, pertanda Amin tak ingin hilang “posisi tawar”nya di internal PAN. Sehingga dukungan Amin Rais mengarah ke Zulkifli Hasan bukan ke Hatta Rajasa.
Selain pengaruh Amin, di internal PAN, Hatta kembali menjadi ketua umum PAN. Analisis masa depan PAN pada percaturan politik nasional dipertimbangan. Kedekatan Hatta dengan SBY—perkawinan politik Ibas dengan Siti Ruby Aliya Rajasa. Hubungan SBY dan Hatta selain besanan juga hubungan politik. Partai biru ini akan saling bersatu membentuk poros tengah yang kuat jika Hatta Rajasa tak di kalahkan Zulkifli Hasan. Dinamika KMP dan KIH akan menjadikan PAN berada pada poros pembeda yang kuat tidak seperti lemahnya posisi Demokrat pasca SBY menghabiskan masa jabatannya selama dua periode, yang sulit berpihak terhadap KMP atau KIH.
Era Zulkifli Hasan
Peralihan sikap politik pun terjadi pasca kepemimpinan Hatta Rajasa sebagai ketua umum PAN. Era kepemimpinan ZH, kompas politik PAN mulai mendekat ke Jokowi-JK. Selain posisi ZH sebagai ketua MPR RI. PAN sebagai partai yang sudah biasa di dalam pemerintahan tak akan tahan berada di luar kekuasan. Pilihan politik yang diambil PAN, saat posisi Amin Rais yang anti pemerintahan, mengetengahkan ZH sebagai konsolidator menuju istana.
Dukungan yang diberikan PAN terhadap pemerintah berpengaruh dengan dekatnya isu resuffle jilid dua. PAN akan mendapatkan dua kursi menteri, dua kadernya yang sudah mulai namanya disebut-sebut, Soetrisno Bahir dan Viva Yoga Mulyadi. Gelagat politik PAN yang ingin menyinari istana agar terus terang berhubungan dengan jabatan menteri yang dinginkan PAN.
Wajar saja jika partai pendukung Jokowi-JK yang sudah berkorban penuh menjelang 9 Juli 2014, sehingga terpilih saat ini sebagai presiden dan wakil presiden kebakaran jenggot dengan manufer PAN yang meminta jatah kursi menteri. Kuat dugaan, kinerja Igantius Jonan yang akhir-akhir ini dipersoalkan terutama pengelolaan jalan pada tahun baru dan pelarangan operasional Go-jek yang selanjutnya putusan itu dibatalkan presiden Jokowi adalah angin-angin resuffle mengarah Jonan. Semoga saja kepentingan partai tidak mengeliminasi orang-orang baik yang ingin berbuat untuk negara ini.