Jumat (2/12) 2016, Persatuan Mahasiswa Hukum Tata Negara (PMTN) FHUA kembali menggelar diskusi terbuka dengan Tema “Akom lengser, Setnov Pimpin DPR”. Dalam diskusi yang dipimpin oleh Feri Amsari selaku pemateri tersebut membahas mengenai kembalinya Setya Novanto ke kursi Parlemen Republik Indonesia sebagai calon kuat dari Partai Golkar menggantikan Ade Komarudin. Jika menilik kebelakang, pasalnya nama Setya Novanto sempat tercoreng dengan kasus yang menjeratnya terkait “Papa Minta Saham”, namun dengan kembali dilantiknya Setya Novanto sebagai ketua DPR RI dalam rapat Paripurna di gedung Parlemen Rabu (30/11) lalu, telah melahirkan berbagai opini publik.
Bersamaan dengan hal tersebut, lahirnya putusan MK yang menerima sebagian gugatan uji materil yang diajukan oleh Mantan Ketua DPR RI tersebut, terkait penyadapan atau perekaman yang dijadikan barang bukti dalam penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan serta putusan MK yang juga mengabulkan seluruh gugatan uji materi dan Judicial Review (JR) terkait “pemufakatan jahat” , dalam berkas perkara nomor 21/PUU-XIV/2016, tentunya hal ini menimbulkan kebingunan dan mempengaruhi proses penegakan hukum yang seharusnya.
Feri Amsari selaku pemateri menilai bahwasannya muculnya putusan tersebut merupakan putusan yang paling political sepanjang sejarah putusan MK, karna tidak menutup kemungkinan ada kepentingan politik yang terselubung perihal naiknya Setya Novanto dalam kursi Ketua PDR RI, hal ini juga tidak hanya berbicara sebatas aspek Hukum Tata Negara saja, namun ada aspek politik dan juga berhubungan langsung dengan proses hukum acara pidana. Selain itu beliau juga mengajak para mahasiswa untuk kritis dan aktif dalam menanggapi polemik permasalahan hukum yang terjadi saat ini, karna pada dasarnya suara dan pergerakan mahasiswa itu sendiri masih jauh dari kepentingan politik pihak luar.
Ditemui oleh tim Gema Justisia di Gazebo FHUA, Fajri Putra Rahman selaku Ketua PMTN menjelaskan, bahwasanya kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh PMTN dalam minggu genap setiap bulannya, tentunya akan ada kegiatan diskusi lanjutan dengan pembahasan topik yang berbeda dengan pemateri yang sesuai di bidangnya masing-masing. Namun, tatkala ditanyai terkait antusias mahasiswa FHUA dengan adanya acara diskusi yang diadakan tersebut, beliau menuturkan bahwa kebanyakan mahasiswa saat ini lebih sibuk dengan urusan dan kepentingan mereka masing-masing,mirisnya perhatian mahasiswa untuk kritis terhadap bangsa dan negara mereka sendiri, hal ini bukan membahas tentang mayoritas atau minoritas pihak, namun membahas bagaimana sistem pemerintahan ini kedepannya.
Sependapat dengan hal itu, Haris Kurnia sekalu Moderator dikusi juga berpendapat, kebanyakan mahasiswa saat ini lebih tertarik mengikuti seminar-seminar yang memberikan sertifikat dibandingkan mengikuti diskusi atau kajian forum seperti ini, dan mungkin juga disibukan dengan aktifitas kuliah dan kegiatan lainnya, namun pada intinya harapan kedepannya untuk seluruh mhasiswa FHUA khususnya ialah agar lebih aktif dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi selanjutnya dan dukungan serta bantuan pihak fakultas juga sangat berperan penting dalam mempermudah mahasiswa untuk melakukan kegiatan diskusi seperti ini, pasalnya untuk kegiatan diskusi yang hanya memakan waktu sekitar 2-3 jam saja, mahasiswa harus dihadapkan dengan prosedur pemasukan surat dalam peminjaman alat, dan dalam proses diskusi yang berlangsung tersebut, dana komsumsi yang dipakai, masih berasal dari dana mahasiswa itu sendiri, serta yang paling penting kebersihan dan kenyamanan Gazebo FHUA masih kurang terawat, sehingga tidak menciptakan kenyamanan bagi mahasiswa yang senatiasa beraktifitas serta melakukan diskusi di tempat tersebut. Hal ini memang membutuhkan perhatian dan peran serta kita semua, khususnya mahasiswa sebagai Agent Of Change.*Bla